Tuesday, July 31, 2012

Media Wayang Kreasi sebagai Pendekatan Kontekstual Pengenalan Potensi Hutan Mangrove dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki fungsi yang banyak dan menentukan bagi perkembangan anak sekolah dasar. Seperti fungsi bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, akan menentukan anak untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan berbahasa serta akan memudahkan berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya, manfaatnya akan membantu perkembangan siswa dalam berhubungan dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Begitu pula fungsi bahasa sebagai pengantar pendidikan, pemahaman anak dan pengenalan anak serta keterampilan anak dalam berbahasa Indonesia akan dapat bermanfaat dalam proses pendidikan secara optimal.

Dilihat dari fungsi bahasa di atas, maka pemahaman berbahasa dan keterampilan berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar sangat penting karena akan menentukan keberhasilan pendidikan secara umum. Oleh sebab itu keterampilan berbahasa Indonesia secara dini harus ditanamkan pada murid-murid sekolah dasar, sehingga mereka memiliki bekal yang cukup dalam berbahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki fungsi yang strategis, yakni sebagai:
1. Sarana pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa
2. Sarana peningklatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya
3. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah,
5. Sarana pengembangan penalaran,dan
6. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusasteraan Indonesia (Kurikuluim KTSP).
Variabel yang dapat menentukan keberhasilan pelajaran bahasa Indonesia ditentukan oleh pengajar, pembelajar, bahan ajar, proses pembelajaran dan penilaian. Keberadaan pengembangan suatu metode pembelajaran pada pengajaran bahasa Indonesia dipandang sebagai tuntutan kebutuhan yang sangat mendasar. Dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan Sekolah Dasar dapat menghasilkan lulusan yang memiliki dasar–dasar karakter, kecakapan keterampilan dan pengetahuan yang memadai.

Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diharapkan mampu mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan segala potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu guru dapat mendorong siswa untuk berpikir secara kritis. Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran dikelas, terkait dengan kemampuan guru, baik sebagai perancang pembelajaran maupun sebagai pelaksana dilapangan. Selain itu,guru dituntut mampu melakukan pembaharuan khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dengan merancang pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar siswa sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna (meaningfull learning).

Kebermaknaan proses dan hasil pembelajaran ditentukan pula oleh kinerja guru dalam unjuk kemampuan profesonalismenya di lapangan mulai dari menyusun rancangan pembelajaran hingga pada tingkat operasionalnya dapat menggunakan beragam metode, media, sumber pembelajaran serta penilaian yang dikembangkan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan penulis, sejumlah fakta yang dapat dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung di sekolah dasar menunjukan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia sampai saat ini kurang berhasil meningkatkan minat belajar, kreatifitas dan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
1. Guru banyak mengajarkan struktur bahasa untuk diketahui dan dihapalkan siswa. Padahal struktur bahasa diajarkan untuk dipahami
2. Pada setiap pembelajaran bahasa Indonesia guru menggunakan metoda pembelajaran secara konvensional.
3. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berekspresi, berkreasi, eksplorasi dan berinovasi sehingga tidak merangsang siswa untuk membangkitkan minat dan gairah untuk belajar.
4. Siswa masih beranggapan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, tampak saat pada pembelajaran siswa hanya menerima apa-apa yang diberikan oleh guru untuk dihapalkan.
C. Pembatasan Masalah
Tulisan ini hanya membahas gagasan sebuah ide untuk menggunakan wayang kreasi sebagai media dalam pembelajaran Bahasa Indonesia SD, terutama kelas tinggi, untuk mengoptimalkan minat belajar, kreatifitas dan aktivitas belajar siswa dalam pengenalan potensi khas daerah Tarakan yang berupa kawasan konservasi hutan mangrove.
D. Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana guru berinovasi dalam penggunaan media belajar sehingga guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berekspresi, berkreasi, eksplorasi dan berinovasi sehingga membangkitkan minat dan gairah belajar.
E. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat Indonesia terutama guru sebagai pendidik, agar dapat menggunakan ide yang lebih berinovasi untuk meningkatkan prestasi peserta didik.

BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
2. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pengertian Pendekatan Kontekstual dalam Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
Depdiknas, 2002 menyampaikan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep tentang pembelajaran yang membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi-situasi dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang dituntut dalam pelajaran.
Pembelajaran yang memanfaatkan CTL sangat diperlukan karena memang cukup strategis dengan prosedur :
1. terhayati fakta yang dipelajari
2. permasalahan yang akan dipelajari harus jelas, terarah, rinci
3. pragmatika materi harus mengacu pada kebermanfaatan secara konkret, memerlukan belajar kooperatif dan mandiri

B. Pendekatan Kontekstual dengan Media Wayang Komunitas Hutan Manggrove
Tulisan ini mencoba menawarkan cara mengajak anak mengapresiasi wayang, sekaligus pengenalan potensi khas daerah Tarakan berupa kawasan konservasi Hutan Manggrove. Kami mencoba mengenalkan kepada peserta didik sejak dini melalui pendekatan kontekstual, manfaat pelestarian mangrove dan komunitas yang ada dalamnya melalui simulasi wayang. Wayang yang kami tampilkan adalah wayang kreasi berbentuk pohon bakau, bekantan, tempakul, serta kepiting bakau. Simulasi di lengkapi juga dengan banner bergambar lokasi hutan Manggrove Tarakan sebagai background pertunjukan wayang. .
Kawasan pulau Tarakan, memiliki wilayah daratan seluas ± 250,80 km² dan luas lautan ± 406,33 km², hutan mangrove seluas 22 hektare





Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti tancang, tanjang (Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako, jangkar dan lain-lain.

Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal monyet Nasalis.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Monyet betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei (kxd) disebut bangkatan

Tampang ikan ini sangatlah khas. Kedua matanya menonjol di atas kepala seperti mata kodok, Ikan gelodok hanya dijumpai di pantai-pantai beriklim tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik sampai ke pantai Atlantik, benua Afrika.
Belum banyak terkuak nilai dari ikan ini. Namun ikan ini termasuk yang paling tahan terhadap kerusakan lingkungan hidup dan dapat tetap hidup dalam kondisi yang "memprihatinkan" sekalipun. Namun di Tiongkok dan Jepang, ikan gelodok menjadi santapan, selain juga digunakan sebagai obat tradisional, terutama sebagai peningkat tenaga lelaki

Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis penting. Pada mulanya kepiting bakau hanya dianggap hama oleh Petani tambak, karena sering membuat kebocoran pada pematang tambak. Tetapi setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka keberadaannya banyak diburu dan ditangkap oleh nelayan untuk penghasilan tambahan dan bahkan telah mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak. Mengingat permintaan pasar ekspor akan kepiting bakau yang semakin meningkat dari tahun ke tahun maka usaha ekstensifikasi budidaya kepiting bakau mulai dirintis di beberapa daerah.

Mangrove dan ekosistem sekitarnya telah lama mengalami kerusakan dan degradasi. Mangrove tidak mendapat perhatian khusus. Keacuhan dan keserakan kita telah menyebabkan kerusakan lebih dari setengah bagian dari hutan mangrove. Hal ini menyebabkan berkurangnya produksi ikan, meningkatkan erosi wilayah pesisir dan berkurangnya pendapatan masyarakat lokal serta menurunya kualitas air di wilayah sekitarnya.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan hutan mangrove secara tak terkendali di masa lalu. Akan tetapi, dua penyebab utamanya adalah karena ketidaktahuan kita tentang arti dan peran penting mangrove bagi kehidupan, termasuk manusia, dan kurangnya penguasaan kita tentang teknik pengolaan mangrove yang ramah lingkungan. Dan konservasi hutan mangrove secara seimbang dan lestari, akan sangat bermanfaat bagi mereka yang peduli dan terlibat dalam pengelolaan hutan mangrove


BAB III
METODE DAN PROSEDUR
A. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
1. Alasan Memilih Media Wayang dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan menanamkan bekal keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia bukan hanya memberikan pengetahuan. Pembelajaran bahasa Indonesia harus dibuat semenarik mungkin agar siswa antusias mengikuti proses belajar mengajar. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menghendaki sebuah proses pragmatik, bukan teoritik belaka.
Dengan melihat beberapa masalah pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dasar yang ada, dengan proses pembelajaran konvensional tidak meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan pengamatan tersebut, maka kami mencoba menuliskan ide kami berupa pendekatan kontekstual dengan Wayang sebagai media belajar.
2. Keunggulan Media Wayang
Wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang cukup terbuka terhadap perubahan dan perkembangan Wayang mengandung ajaran moral, religi, dan sosial. Oleh karena itu, wayang memiliki kemungkinan sebagai salah satu media pembelajaran budi pekerti.yang dapat mengoptimalkan kemampuan berbicara, membaca dan menulis bagi peserta didik
Wayang adalah warisan budaya nenek moyang yang mengandung pesan-pesan moral yang sangat bagus bagi kehidupan. Wayang merupakan bagian dari khasanah kebudayaan bangsa sehingga bisa diterima oleh semua kalangan, baik oleh guru maupun peserta didik. Wayang juga bersifat timeless yang berarti tak lekang oleh waktu. Jadi jika di gunakan sebagai media belajar, maka akan menghasilkan pembelajaran yang menarik dan melekat bagi peserta didik.
B. Prosedur Pembelajaran dengan Media Wayang
Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan realitas dunia siswa sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya. Pembelajaran bahasa bukan hanya memberikan pemahaman berupa definisi melainkan siswa dituntut untuk dapat menemukan pengetahuannya sendiri.

Guru harus memiliki strategi yang memacu siswa untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.
Implementasi CTL pada pembelajaran membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan dapat membuat pembelajaran lebih kreatif, dan menuntut siswa untuk lebih berpikir kritis. Artinya siswa dipacu untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. Guru harus dapat menjadi model pada kompetensi tertentu, sehingga siswa mendapatkan contoh atau model untuk melambangkan konsep yang didapat.
Dalam pendekatan konseptual pengenalan hutan mangrove pada peserta didik di pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media wayang, berikut adalah prosedur yang harus di rumuskan oleh guru sebelum proses belajar berlangsung.
1. Bagaimana kira-kira perumusan tujuan pembelajaran dilihat dari evaluasinya.
2. Pemilihan materi ajar sesuaikan dengan tujuan dan karakteristik peserta didik.
3. Pengorganisasian materi ajar.
4. Pemilihan media.
5. Kejelasan skenario pembelajaran.
6. Bagaimana penggunaan bahasa lisan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keunikan Ide atau Gagasan
Keunikan ide atau gagasan dalam penulisan ini kami sajikan dalam penuangan ide kami berupa pembelajaran pengenalan potensi khas daerah konservasi hutan mangrove Tarakan, yang tersaji melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas tinggi dengan pendekatan konseptual yang menggunakan media wayang kreasi berbentuk Bekantan, Ikan tempakul, Kepiting dan Pohon bakau.
Melalui penggunaan media wayang ini, diharapkan pembelajaran Bahasa Indonesia berupa pengoptimalan kemampuan membaca, menulis, dan mendengarkan lebih menarik bagi peserta didik.
B. Perencanaan Kegiatan Belajar
Dalam pendekatan konseptual pengenalan hutan mangrove pada peserta didik di pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media wayang diatur dalam rencana kegiatan belajar (RPP) yang disusun dan dipersiapkan guru sebelum kegiatan berlangsung dengan komponen yang sesuai dan mengacu pada prosedur pendekatan pembelajaran kontekstual dengan format sebagai berikut :
1. Bagaimana kira-kira perumusan tujuan pembelajaran dilihat dari evaluasinya.
2. Pemilihan materi ajar sesuaikan dengan tujuan dan karakteristik peserta didik.
3. Pengorganisasian materi ajar.
4. Pemilihan media.
5. Kejelasan skenario pembelajaran.
6. Bagaimana penggunaan bahasa lisan
Selanjutnya kegiatan dapat berupa pertunjukan wayang di kelas. Berikut adalah gambar wayang kreasi hutan mangrove

C. Kendala – Kendala yang Dihadapi Dalam Menerapkan Ide atau Gagasan.

Ketersediaan alat – alat dan bahan pendukung yang menunjang dalam kegiatan belajar Memilih bahan – bahan yang aman dan sesuai dengan karakteristik anak. Kemampuan anak untuk fokus dengan kegiatan sampai akhir masih belum tuntas.

D. Faktor- Faktor Pendukung

Adanya semangat dan motivasi sebagai seorang pendidik untuk mengembangkan kecerdasan pada anak didik dan berusaha untuk diaplikasikan dalam bentuk pendekatan konseptual dengan media yang menarik. Serta pentingnya pengenalan sejak dini kekhasan daerah agar nantinya anak dapat jadi generus yang dapat menjaga kelestarian alam sekitarnya.

E. Tindak Lanjut

Untuk mengatasi berbagai kendala yang muncul, ada beberapa solusi alternatif diantaranya: Keterbatasan alat dapat diantisipasi dengan menugaskan kepada anak membuat wayang dari bahan yang mudah di dapat dengan pola yang sudah dibuat oleh guru. Kerjasama dengan orangtua murid juga perlu di lakukan untuk keberhasilan proses pendidikan.

BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode CTL akan membuat pembelajaran semakin menarik dan kreatif tanpa menghilangkan tujuan pembelajaran. Guru seharusnya dapat menciptakan berbagai strategi pembelajaran yang inovatif sehingga siswa semakin berantusias mengikuti pembelajaran.

B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil karya tulis yang telah disajikan, penulis menyampaikan rekomendasi kepada:
1. Orangtua/ wali murid dan masyarakat
Kerjasama yang baik antara para pelaksana pendidikan dengan masyarakat akan memperlancar proses pendidikan
2. Penulis selanjutnya
Dalam penyajian tulisan ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, kritik dan saran terhadap karya tulis ini akan di jadikan pijakan bagi penulis untuk karya selanjutnya

1 comment: