PAUD DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN NYA ( PENGEMBANGAN SILABUS PAUD)
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rakhmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga penyusunan tulisan berjudul PAUD dan Perencanaan Kegiatan Belajarnya (mengenalkan
pengembangan Silabus dalam PAUD) ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang
diharapkan.
Dengan
semakin gencarnya dukungan pemerintah terhadap PAUD, saya mengharapkan tulisan
ini dapat menambah wawasan sesama pendidik PAUD untuk meningkatan kualitas
mendidik dan mengajarnya, sehingga dapat menjadi pendidik PAUD yang profesional
dan menghasilkan generasi bangsa yang berkarakter mulia.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa
tulisan ini masih memiliki kekurangan-kekurangan sehingga sudilah kiranya
apabila ada yang memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan di
masa mendatang. Dan akhirnya saya berharap semoga apa yang disajikan dalam
tulisan ini memberikan manfaat kepada
berbagai pihak pada umumnya dan saya khususnya.
Tarakan, 10 Februari 2013
Penulis
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Undang-Undang (UU) Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.
20 tahun 2003 yang menyebut pendidikan untuk anak usia 0 sampai 6 tahun dengan
nama Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bab 1, pasal 1, butir 14 mengatakan, “Pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Banyak batasan
yang diberikan terhadap program PAUD, namun dalam hal ini UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan anak usia sebagai suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tulisan
ini menyajikan tahapan perencanaan kegiatan pembelajaran di PAUD yang di
harapkan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang sistematis dan terarah
pada tujuan PAUD. Karena berangkat dari perencanaan yang benarlah keberhasilan
dapat di wujudkan. Gagal merencanakan, berarti sudah merencanakan kegagalan.
Berdasarkan
pengalaman penulis sebagai praktisi PAUD sejak tahun 2006 hingga kini, karena
faktor yang berkaitan dengan SDM, dalam proses pembelajaran PAUD masih banyak
pendidik yang belum memahami dengan baik dan benar bagaimana selayaknya
merencanakan pembelajaran yang berfokus pada tingkat perkembangan anak usia
dini, sehingga kegiatan belajar yang berlangsung dirasa kurang efektif dan
efisien.
Dengan
semakin gencarnya dukungan pemerintah terhadap PAUD, penulis mengharapkan
tulisan ini dapat menambah wawasan sesama pendidik PAUD untuk meningkatan
kualitas mendidik dan mengajarnya, sehingga dapat menjadi pendidik PAUD yang
profesional dan menghasilkan generasi bangsa yang berkarakter mulia.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah merencanakan kegiatan
belajar pada satuan PAUD
C. Batasan Masalah
Karena kegiatan belajar dan bermain
pada tahap pendidikan anak usia dini memiliki banyak metode dan model
pembelajaran, maka penulis menyampaikan bahwa tulisan ini hanya membahas
rancangan pembelajaran pada PAUD dengan model pembelajaran BCCT atau sistem
sentra.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Tingkat
Perkembangan Anak Usia Dini
Dalam Permendiknas no.58 tahun 2009 di jelaskan
bahwa Tingkat
pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang
diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang
dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik,
kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Pertumbuhan anak yang mencakup
pemantauan kondisi kesehatan dan gizi mengacu pada panduan kartu menuju sehat
(KMS) dan deteksi dini tumbuh kembang anak.
Pendidikan anak
usia dini dalam pengembangan aspek-aspek pembelajarannya mengacu pada standar
kompetensi anak usia dini sebagai berikut.
- Moral dan nilai-nilai agama
Secara umum, nilai-nilai agama dan moral
yang diajarkan adalah perilaku positif, kemandirian, disiplin, kejujuran dan
perilaku lainnya. Selain itu Anak dididik melalui proses pembiasaan
ajaran-ajaran dan ibadah sesuai agamanya masing-masing.
- Sosial dan Emosional
Anak di didik untuk dapat mengembangkan
kemampuan sosial melalui proses sosialisasi. Melalui aspek ini anak dibekali
dengan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya, tentunya
melalui proses pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus.
- Fisik/motorik
Dalam hal ini pendidik harus mampu
merangsang perkembangan fisik dan motorik anak sesuai dengan usia
perkembangannya. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai permainan-permainan
edukatif.
- Bahasa
Dalam aspek ini, anak didorong untuk
menguasai kemampuan berkomunikasi sesuai dengan masa perkembangannya. Kemampuan
berbahasa dilihat dari usia perkembangan anak dapat dibagi menjadi 2 periode,
yaitu periode prelinguistik (0-1 tahun) dan periode linguistik (1-5 tahun).
- Kognitif
Perkembangan kognitif anak biasanya
mengacu pada pendapat Piaget yang membagi perkembangan kognitif anak menjadi
empat tahapan, yaitu periode sensorimotorik (usia 0-2 tahun), periode
praoperiosaional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun) dan
periode operasional formal (usia 11 sampai dewasa).
- Seni
Kemampuan di bidang seni dapat
dikembangkan dalam musik, seni tari, seni gambar dan keterampilan lainnya.
Perkembangan
anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat
perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara
kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Walaupun setiap anak
adalah unik, karena perkembangan anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal, namun demikian, perkembangan anak tetap
mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa untuk memberikan rangsangan
yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan,
kesehatan, gizi, dan perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui
pembiasaan.
B.
PENGERTIAN KECERDASAN JAMAK (MULTIPLE
INTELLIGENCES)
Kecerdasan ialah istilah
umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran
yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar,
merencanakan, memecahkan
masalah, berpikir abstrak, memahami
gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.
Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri
yang biasa disebut sebagai tes IQ.
Dari beberapa klasifikasi kecerdasan,
yang selalu sebagai acuan psikolog adalah klasifikasi menurut Howard Gardner. Gardner dengan
“Teori Multi Kecerdasan” mengatakan bahwa , “ IQ tidak boleh dianggap sebagai
gambaran mutlak, suatu entitas tunggal yang tetap yang bisa diukur dengan tes
menggunakan pensil dan kertas. Ungkapan yang tepat adalah bukan seberapa cerdas
Anda, tetapi bagaimana Anda menjadi cerdas”. (2002: 58).
Setiap orang memiliki beberapa tipe
kecerdasan. Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan
masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang
budaya atau lebih. Dengan kata lain kecerdasan dapat bervariasi menurut konteksnya.
Dalam bukunya Frames of Mind Gardner menawarkan delapan jenis kecerdasan
manusia, sebagai berikut:
1. Kecerdasan Linguistik (Bahasa). Kecerdasan menganalisa dan
menyusun pikiran melalui kata-kata ketika berbicara, menulis dan membaca.
Pendekatan yang sesuai adalah
·
Sering
di ajak bercakap-cakap
·
Baca
cerita berulang-ulang
·
Rangsang
untuk dapat menceritakan kembali
·
Jangan
memotong cerita anak
·
Menyanyikan
lagu-lagu
·
Membahas
isi syair/lagu
2. Kecerdasan Logis-Matematis. Kecerdasan yang berkaitan dengan
mengelola hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Pendekatan yang sesuai
adalah
·
Mengelompokkan
benda-benda, mainan
·
Menghitung,
merangkai, menyusun mainan
·
Bermain
angka, halma, congklak
·
Bermain
tebak-tebakan, puzzle
·
Bermain
monopoli, permainan computer
·
Mengerjakan
tugas-tugas matematik
3. Kecerdasan Visual-Spasial. Kemampuan membayangkan suatu
bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan
kemampuan tersebut. Pendekatan yang sesuai:
·
Mengamati
gambar, foto
·
Merangkai,
membongkar lego
·
Menggunting,
melipat, menggambar
·
Bermain
rumah-rumahan
4. Kecerdasan Musikal. Kemampuan mengelola atau
memanfaatkan sesuatu yang berkaitan dengan irama, nada dan suara termasuk suara
yang bersumber dari alam. Pendekatan yang sesuai :
·
Mendengarkan
music, lagu bervariasi
·
Menyanyikan
lagu
·
Mengikuti
irama dan nada
·
Memainkan
alat musik
5. Kecerdasan Kinestik-Tubuh. Kecerdasan seluruh tubuh yang di
miliki manusia untuk menyatakan perasaan, mengembangkan ide, bahkan
menyelesaikan masalah. Pendekatan yang sesuai :
·
Berdiri
satu kaki, jongkok, membungkuk
·
Berjalan
diatas satu garis
·
Berlari,
melompat, melempar, menangkap
·
Senam,
olahraga permainan, menari
6. Kecerdasan Interpersonal (social). Kemampuan dalam memahami suasana
hati, maksud, motivasi, perasaan dan cara berpikir seseorang, pendekatan yang
sesuai :
·
Bermain
dengan anak yang lebih muda dan lebih tua
·
Saling
berbagi kue, makanan dan mainan
·
Mengalah,
meminjamkan mainan
·
Bekerjasama
membuat sesuatu
·
Permainan
mengendalikan diri
·
Mengenal
berbagai suku, budaya dan agama
7. Kecerdasan Intrapersonal. kemampuan
memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut, pendekatan
yang sesuai :
·
Menceritakan
perasaan, keinginan, cita-cita
·
Menceritakan
pengalaman
·
Berkhayal,
mengarang cerita
8. Kecerdasan Naturalis. Kemampuan mengingat,
mengkategorikan, mengenali, menganalisis, atau menguasai pengetahuan lingkungan
alam. Pendekatan yang sesuai :
·
Menanam
biji hingga tumbuh
·
Memelihara
tanaman, hewan
·
Berkebun
·
Wisata
di hutan, gunung, sungai, pantai
·
Mengamati
langit, awan, bulan, bintang
·
Membahas
kejadian gejala alam seperti hujan, angin, banjir, siang, malam.
C. JENIS MAIN DAN SENTRA DI PAUD BERDASARKAN METODE BCCT
DAPAT MENGOPTIMALKAN PENGEMBANGAN MULTIPLE
INTELEGENCE SEJAK USIA DINI.
Di PAUD Anak-anak belajar melalui permainan mereka.
Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan
perhatian orang dewasa menolong anak-anak berkembang secara fisik, emosi,
kognisi, dan sosial. Teori dan penelitian bermain seharusnya menjadi dasar
untuk program anak usia dini yang bermutu tinggi. Metode BCCT (Beyond
Centers and Circle Times)
atau Sistem Sentra Dalam Lingkaran merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini yang berfokus pada anak yang dalam proses
pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat dalam lingkaran dengan
menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan
anak. Empat pijakan tersebut
adalah
- Pijakan lingkungan main
- Pijakan sebelum main
- Pijakan selama main
- Pijakan setelah main
Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah
yang disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai
pijakan untuk mencapai perkembangaan yang lebih tinggi.
Sentra
main adalah zona atau area main anak
yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagai
pijakan lingkungan bermain
yang bermutu tinggi untuk anak usia dini mendukung tiga jenis bermain yang
dikenal dalam penelitian anak usia dini (Weikart, Rodgers, & Adcock, 1971)
dan teori dari Erik Erikson, Jean
Piaget, Lev Vygotsky, dan Anna Freud:
·
Sensorimotor
atau main fungsional
·
Main peran (mikro dan makro)
·
Main pembangunan (sifat cair/bahan alam &
terstruktur)
Saat lingkaran adalah dimana pendidik
(Guru/Kader/Pamong) duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan
pijakan anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main
Setiap sentra memiliki tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak dan mendukung
tiga jenis main yang akan mendukung program pendidikan anak usia dini yang bermutu tinggi. Oleh karena itu dalam
merancang dan menata kegiatan bermain yang bermutu, seorang guru harus
memperhatikan proses perkembangan anak, baik dari segi materi, kegiatan,
bahan-bahan, dan alat-alat main. Penataan lingkungan sentra yang baik dan tepat
akan menjadi salah satu model pembelajaran bagi anak agar dalam bermain dan bekerja mereka mengerti
akan urutan dan ketuntasan.
Contoh sentra yang dikembangkan pada
PAUD yaitu : Sentra Ibadah (Agama Islam dan Wawasan Kebangsaan), Sentra
Persiapan 1-2-3 (matematika), Sentra Persiapan A-B-C (bahasa), Sentra Seni dan
Kreatifitas, Sentra Bahan Alam (sains, masak,sensorimotor), Sentra Bermain Peran,
Sentra Balok, Sentra Olah tubuh dan musik, dan Sentra Bahasa Inggris.
Sentra Olah Tubuh dan Musik
Tujuan: mengembangkan kemampuan motorik kasar (gross motor)
anak usia dini.
Kegiatan bermain dilakukan untuk melatih: kelenturan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi dan kekuatan anak. Melalui kegiatan:
Kegiatan bermain dilakukan untuk melatih: kelenturan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi dan kekuatan anak. Melalui kegiatan:
a.
melempar,
menangkap, memantulkan dan menendang bola atau kantong bijian (koordinasi) berjalan
maju, mundur, ke samping dan di atas papan titian, berdiri satu kaki serta
engklek (keseimbangan)
b.
memanjat,
berlari, merayap dan merangkak (kekuatan)
c.
ritmik
(kelincahan)
Sentra Balok
Tujuan : terutama untuk mengembangkan kemampuan visual
spasial dan matematikaanak usia dini. Kegiatan bermain balok yang dilakukan
anak dapat mengembangkan:
a.
Kognitif klasifikasi, arah, urutan, perbandingan,
simbol, berfikir divergen dan logis.
b.
Matematika
: area, ukuran, ruang, bentuk, angka, peta, pola, estimasi, penambahan dan
seriasi.
c.
Sains
: berat, tinggi, gaya gravitasi, simetri keseimbangan, tekstur, sebab akibat,
visual spasial, mesin sederhana.
d.
Keaksaraan
: memberi nama, kosa kata, bercerita, struktur kalimat, membuat dan menggunakan
tanda, menulis dan membaca buku.
e.
Motorik:
koordinasi, persepsi visual, orientasi spasial, motorik halus.
f.
Sosial
Emosi : percaya diri, keberhasilan, inisiatif, kerjasama, negosiasi, kompromi,
respon, kepemimpinan, dan ekspresi emosi.
g.
Kreativitas
: pemecahan masalah, menemukan solusi baru, dan eksplorasi sensori
Sentra Bermain Peran
Tujuan : mengembangkan kemampuan berbahasa dan bermain peran
atau simbolic play anak usia dini. Di
sentra ini anak melakukan kegiatan bermain peran yang dapat melatih kemampuan:
a.
mendengar,
berbicara, pra-membaca dan pra-menulis (Bahasa)
b.
memerankan
suatu peran, menggunakan alat tertentu dan menyusun ide cerita (bermain peran).
c.
Percaya
diri, keberanian, spontanitas, kerjasama, kompromi, reaksi emosi yang wajar,
tenggang rasa, kepemimpinan dan inisiatif
d.
Agama
Islam : wudhu, sholat, salam, kalimat thoyyibah, mengenal Allah dan kisah Nabi,
akhlakul karimah
Sentra Seni dan Kreatifitas
Tujuan : mengembangkan kemampuan seni rupa, seni bentuk,
seni suara, seni musik, seni gerak dan kreativitas anak usia dini. Di sentra
ini anak melakukan kegiatan bermain yang dapat melatih kreativitasnya dalam:
a.
Seni
rupa dan seni bentuk menggambar, mewarnai, ekspresi warna, melukis, membentuk,
kolase, mozaik pra-menulis
b.
Pengalaman
motorik halus : menggunting, meronce, menganyam, mencocok, menjahit dan merobek
c.
Seni
suara dan seni musik : menyanyi, mengucapkan syair, bertepuk pola, membuat dan memainkan
alat musik perkusi.
d.
Seni
gerak : ritmik, senam, menari, dan pantomin
Sentra Bahan Alam
Tujuan : mengembangkan kemampuan sains dan sensori motor
anak usia dini.
Di sentra ini anak melakukan kegiatan bermain untuk
Di sentra ini anak melakukan kegiatan bermain untuk
a.
mengenal
konsep sains melalui percobaan-percobaan sains sederhana dan membuat
”experiment chart”
b.
mengenal
konsep sains melalui proses memasak makanan / minuman dan membuat ”cooking
chart”
c.
melatih
sensorimotornya melalui eksplorasi dengan air, pasir, biji-bijian, tepung,
batu, daun, kayu, kerang, tanah liat, dan bahan alam lainnya (bermain air,
bermain pasir dan bermain bahan alam lain)
d.
berkarya
dengan media air, pasir dan bahan alam (biji-bijian, tepung, batu, daun, kayu,
kerang, tanah liat, dll)
e.
Bekerjasama,
kepemimpinan, kesabaran, keberanian dalam eksperimen sederhana dan memasak
Sentra persiapan ABC
Tujuan : mengembangkan kemampuan keaksaraan atau literacy
anak usia dini.
Di sentra ini anak melakukan kegiatan bermain yang dapat melatih kemampuan:
Di sentra ini anak melakukan kegiatan bermain yang dapat melatih kemampuan:
a.
mendengar
: urutan kata, membedakan kata dengan suku awal / akhir yang sama, instruksi
sederhana dan menceritakan kembali
b.
berbicara
: menyebutkan identitas diri, bercerita dengan urut, bercerita dengan
melengkapi kalimat (Subjek, Predikat, Objek, Keterangan), membuat gambar dan
menceritakannya
c.
pra-membaca
: mengelompokkan kata-kata sejenis, mengurutkan dan menceritakan gambar seri,
membaca buku cerita dengan kalimat sederhana, menghubungkan tulisan dengan
simbol yang melambangkannya / gambar yang sesuai
d.
pra-menulis
: membuat berbagai coretan, menguatkan pengalaman motorik halus (menggunting,
menjahit, menganyam, mencocok, meronce, merobek), membuat tulisan tentang
gambar yang dibuat, menulis kata bersuku awal sama, berhuruf awal / akhir sama,
mencontoh tulisan
Sentra Persiapan 123
Tujuan : mengembangkan kemampuan matematika, berpikir logis
dan kritis anak usia dini. Di sentra ini anak melakukan kegiatan bermain untuk
mengenal:
a.
konsep
bilangan : urutan bilangan, membilang dengan benda, menghubungkan lambang
bilangan dengan benda dan membedakan jumlah sama-tidak sama, lebih banyak-lebih
sedikit
b.
konsep
bentuk geometri: membuat bentuk geometri, mengelompokkan dan memasangkan benda
tiga dimensi dengan bentuk geometri dan tangram
c.
konsep
ruang : menyusun puzzle
d.
konsep
ukuran : panjang, berat dan volume dengan alat ukur non standar dan standar
e.
konsep
waktu : hari, tanggal, bulan, tahun, jam, konsep waktu (hari ini, besok), dan
kegiatan sehari-hari sesuai waktunya.
f.
konsep
operasi bilangan : memahami konsep matematika sederhana, penambahan dan
pengurangan dengan benda
g.
konsep
urutan pola: membuat sendiri 2 s.d. 5 urutan pola dengan berbagai benda
h.
Mapping
dan problem solving : maze, membuat peta/maze sendiri
i.
Grafik:
mengumpulkan data teman satu kelas dengan menggambar dan mengklasifikasikannya
Sentra Ibadah
Tujuan : meningkatkan pemahaman tentang agama islam dan wawasan
kebangsaan anak usia dini. Di sentra ini anak melakukan kegiatan bermain untuk
mengenal:
a.
Agama
islam : rukun islam (syahadat, sholat, puasa, zakat, haji), rukun iman / akidah
(iman kepada Allah, malaikat, nabi dan rosul, kitab Allah, hari akhir),
al-qur’an (mengaji) dan akhlak (mengucapkan kalimat thoyyibah, akhlakul
karimah, salam, ...)
b. budaya Indonesia : bahasa, rumah
adat, tata krama, gotong royong, permainan tradisional, seni lukis tradisional,
seni drama / wayang, seni tari tradisional, pakaian adat, flora-fauna Indonesia,
dan kekayaan alam Indonesia.
Sentra Inggris
Tujuan : meningkatkan kemampuan bahasa inggris anak usia
dini melalui ke-giatan bermain yang menyenangkan. Kegiatan berupa :
a.
Mengembangkan
kosa kata anak / Vocabulary
b.
Mengucapkan
instruksi sederhana dan pertanyaan sederhana, menyanyikan lagu sederhana /
Speaking Mendengarkan cerita-cerita sederhana, melihat mendengarkan VCD dan
memainkan software pendidikan berbahasa inggris di laboratorium komputer /
Listening. Dilengkapi arena bermain luar, ruang transit, laboratorium komputer
anak, perpustakaan, layanan konseling, dan UKS.
Contoh sentra tersebut diatas bukan merupakan standar keharusan.
Pengadaan sentra dapat diatur flexible, sesuai dengan kemampuan fasilitas
sekolah. Pengadaan sentra idealnya bersinergi dengan perwujudan visi dan misi
sekolah yang tetap mengacu pada tingkat perkemabangan anak..
Setiap sentra hendaknya memiliki tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
tahap perkembangan anak dan mendukung tiga jenis main, artinya, jika pendidik merencanakan kegiatan dalam
sentra seni, dengan kegiatan melukis dengan jari (finger painting) misalnya, maka dalam kegiatan ini, anak di arahkan
dalam kegiatan yang melatih sensorimotoriknya, yakni gerakan jari tangannya
saat melukis, mendapatkan kebebasan berekpresi (main perannya) dan juga dilatih
motorik kasarnya sebagai bagian dari main pembangunan. Seluruh kegiatan
tersebut pada akhirnya akan mengembangkan aspek pembelajaran melalui
pengembangan agama, moral kognitif, bahasa, fisik serta sosial emosi anak
sesuai dengan tema yang dipilih sebagai kerangka pembelajaran dan bertujuan
mengoptimalkan pengembangan potensi multiple
intelegence (kecerdasan jamak) anak PAUD.
Dengan pendekatan BCCT proses
pembelajaran di PAUD diharapkan mampu berjalan secara alamiah dalam bentuk
kegiatan yang ditujukan agar anak belajar dengan mengalami bukan hanya sekedar
mengetahui ilmu yang ditransfer oleh pendidik saja. Pembelajaran yang berpusat
pada anak dan peran guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan evaluator dan
menyeimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, untuk mengasah
kecerdasan jamak (multiple intelligence)
serta pengembangan karakter anak secara holistik sejak dini merupakan ciri dari
metode BCCT ini. Kegiatan anak berpusat pada sentra-sentra main yang berfungsi
sebagai pusat minat yang memiliki standart operasional prosedur yang baku dan
memiliki pijakan-pijakan dalam proses pembelajarannya selain itu penerapan BCCT
tidak bersifat kaku. Dapat dilakukan secara bertahap, sesuai situasi dan
kondisi setempat.
E. PROSEDUR PEMBELAJARAN SENTRA
1. Penataan
Lingkungan Main
- Sebelum anak datang, pendidik menyiapkan bahan dan alat main yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun.
- Pendidik menata alat dan bahan main yang akan digunakan sesuai dengan kelompok usia yang dibimbingnya.
- Penataan alat main harus mencerminkan rencana pembelajaran yang sudah dibuat.
2. Penyambutan
Anak
Sambil menyiapkan tempat dan alat main, agar ada seseorang
pendidik yang bertugas menyambut kedatangan anak. Anak-anak langsung diarahkan
untuk bermain bebas dulu dengan teman-teman lainnya sambil menunggu kegiatan
dimulai. Sebaiknya para orangtua/pengasuh sudah tidak bergabung dengan anak.
3. Main
Pembukaan (Pengalaman Gerakan Kasar)
Pendidik menyiapkan seluruh anak dalam lingkaran, lalu
menyebutkan kegiatan pembuka yang akan dilakukan. Kegiatan pembuka bisa berupa
permainan tradisional, gerak dan music, atau sebagainya. Satu kader yang
memimpin, kader lainnya jadi peserta bersama anak (mencontohkan). Kegiatan main
pembuka berlangsung sekitar 15 menit.
4. Transisi
- Setelah selesai main pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk pendinginan dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat permainan tebak-tebakan. Tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah anak tenang, anak secara bergiliran dipersilahkan untuk minum atau ke kamar kecil.
- Sambil menunggu anak minum atau ke kamar kecil, masing-masing pendidik siap di tempat bermain yang sudah disiapkan untuk kelompoknya masing-masing.
5. Kegiatan
Inti Di Masing-Masing Kelompok
a. Pijakan pengalaman sebelum main
Pendidik dan anak didik duduk melingkar.
Pendidik meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja
yang tidak hadir hari ini (mengabsen). Lalu berdoa sebelum belajar, mintalah
anak secara bergilir siapa yang akan memimpin doa hari ini
Pendidik menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan
kehidupan anak.
Pendidik membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah
membaca selesai, kader menanyakan kembali isi cerita.
Pendidik mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main yang
akan dilakukan anak.
Pendidik mengenalkan semua tempat dan alat main yang sudah
disiapkan.
Dalam memberi pijakan, pendidik harus mengaitkan kemampuan
apa yang diharapkan muncul pada anak, sesuai dengan rencana belajar yang sudah
disusun.
Pendidik menyampaikan bagaimana aturan main, memilih teman
bermain, memilih mainan, cara menggunakan alat-alat, kapan memulai dan
mengakhiri main, serta merapikan kembali alat yang sudah dimainkan.
Pendidik mengatur teman main dengan memberi kesempatan
kepada anak untuk memilih teman mainnya. Setelah anak siap untuk main, pendidik
mempersilahkan anak untuk mulai bermain.
b.
Pijakan pengalaman selama anak main
Pendidik berkeliling diantara anak-anak yang sedang bermain.
Memberi contoh cara main pada anak yang belum bisa menggunakan bahan/alat. Memberi
dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang dilakukan anak. Memancing
dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara main anak. Memberikan bantuan
pada anak yang membutuhkan.
Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak
memiliki pengalaman main yang kaya. Mencatat yang dilakukan anak. Mengumpulkan
hasil kerja anak. Bila waktu tinggal 5 menit, kader memberitahukan pada
anak-anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatan.
c.
Pijakan pengalaman setelah main
Bila waktu main habis, pendidik memberitahukan saatnya
membereskan.
Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, pendidik bisa
membuat permainan yang menarik agar anak ikut membereskan.
Saat membereskan, pendidik menyiapkan tempat yang berbeda
untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat mengelompokkan alat main sesuai
dengan tempatnya.
Bila anak sudah rapi, mereka diminta duduk melingkar bersama
pendidik.
Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, pendidik
menanyakan pada setiap anak kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kegiatan
menanyakan kembali melatih daya ingat anak dan melatih anak mengemukakan
gagasan dan pengalaman mainnya.
6. Makan
Bekal Bersama
Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama. Sebelum
makan bersama, pendidik mengecek apakah ada anak yang tidak membawa makanan.
Jika ada tanyakan siapa yang mau memberi makan pada temannya. Pendidik
memberitahukan jenis makanan yang baik dan kurang baik. Jadikan waktu makan
bekal bersama sebagai pembiasaan tata cara makan yang baik. Libatkan anak untuk
membereskan bekas makanan dan membuang bungkus makanan ke tempat sampah.
7. Kegiatan
Penutup
Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, pendidik
dapat mengajak anak bernyanyi atau membaca puisi. Pendidik menyampaikan rencana
kegiatan esok hari, dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama dirumah
masing-masing. Pendidik meminta anak yang sudah besar secara bergiliran untuk
memimpin doa penutup. Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan
berdasarkan warna baju, usia atau cara lain untuk keluar dan bersalaman
terlebih dahulu.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PERENCANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai,dan terlaksana dengan optimal, maka di perlukan kemampuan pendidik dan
perangkat sekolah untuk merencanakan kegiatan pembelajaran secara teratur dan
sistematis. Rencana pembelajaran merupakan acuan bagi pendidik dalam mengelola
kegiatan bermain.
Rencana pembelajaran disusun
dengan cara menjabarkan aspek-aspek perkembangan dalam PerMen 58 tahun 2009. Rencana pembelajaran digunakan
untuk memberi arahan dalam menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
bermain anak. Rencana pembelajaran yang tepat akan memberikan dukungan yang
tepat sesuai dengan kebutuhan belajar dan tahap perkembangan anak. Karenanya
rencana pembelajaran perlu dievaluasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Yang
harus diperhatikan dalam penyusunan rencana belajar
1. Rencana belajar harus sesuai dengan indikator
perkembangan anak
- Rencana belajar harus mengembangkan semua aspek perkembangan
- Rencana belajar harus memuat rencana kegiatan yang membolehkan anak berekplorasi dan berkreasi sesuai dengan kebutuhan perkembangannya
- Rencana belajar harus bersifat rasional, dapat dilaksanakan, dengan didukung oleh bahan dan alat yang dapat dimainkan anak
- Rencana belajar dapat dibungkus oleh tema sebagai topik bahasan
- Rencana kegiatan belajar dapat dilaksanakan dalam sentra
Jenis-jenis
Perencanaan:
- Perencanaan Tahunan
- Program Semester (dapat pula di terjemahkan sebagai rencana kegiatan bulanan (RKB)
- Rencana Kegiatan Mingguan (RKM)
- Rencana Kegiatan Harian (RKH)
B.
PENGEMBANGAN
SILABUS
Silabus
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan
kelas dan penilaian serta proses
pencapaian perkembangan. Pembuatan Silabus tidak lepas dari komponen-komponen
yang terkait guna memenuhi target pencapaian bidang pengembangan, pembentukan
perilaku dan kemampuan dasar. Silabus merupakan seperangkat dan pengaturan pembelajaran
berupa perencanaan Semester, RKM, dan RKH. Pengelolaan Kelas berupa penataan
lingkungan pembelajaran pembukaan, kegiatan inti dan penutup. Penilaian :
rencanakan bentuk dan tehnik penilaian yang gunakan (Observasi, anekdot atau
hasil karya anak/ porto folio).
C. LANGKAH-LANGKAH
PENGEMBANGAN SILABUS
Langkah
pengembangan silabus ini nantinya akan di wujudkan dalam bentuk 4 (empat) jenis
perencanaan kegiatan pembelajaran yang telah di sebutkan sebelumnya.
I.
Tentukan Tema yang digunakan dalam
pembelajaran
Tema yang biasa digunakan adalah :
1. Diri Sendiri
2. Lingkunganku
3. Kebutuhanku
4. Binatang
5. Tanaman
6. Rekreasi
7. Pekerjaan
8. Air, Udara, dan Api
9. Alat Komunikasi
10. Tanah Airku
11. Alam Semesta
- Bagi dari tema yang ada untuk dua semester
- buat Identifikasi tingkat perkembangan anak beserta indikator tiperan dan kegiatan belajar yang relevan
- Menentukan jumlah minggu dalam satu tahun pelajaran sesuaikan dengan kalender pendidikan dari dinas pendidikan setempat. Hal ini sebaiknya di wujudkan dalam bentuk penyusunan kalender pendidikan sekolah.
- Membuat Rencana Kegiatan Tahunan
- Memetakan tingkat perkembangan anak
pada setiap tema, yang dapat menjadi Rencana Kegiatan per Semester
- Membuat rencana Topik per Sentra. rencana ini tersusun sebagai Rencana Kegiatan Mingguan (RKM)
- Membuat jadwal kegiatan pembelajaran
- Identifikasi Sub Tema (Topik) Menjadi Kegiatan, Dalam membuat kegiatan kita harus melihat tingkat pencapaian perkembangan anak (TIPERAN) Permendiknas No. 58 Tahun 2009, Selanjutnya seluruh kegiatan terancang dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH).
Ibarat sebuah pertunjukkan, RKH adalah skenario pertunjukkan
yang akan di tampilkan, dan seorang pendidik adalah sutradara pertunjukkan
tersebut, maka idealnya, RKH itu dibuat sebelum mengajar, bukan sesudah
mengajar. Setelah menyusun RKH, guru harus membuat penilaian terhadap anak
didik berkaitan dengan tiperan yang diambil dalam RKH dan hasil dari kegiatan
pembelajaran.
- Menyusun format penilaian, menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 teknik penilaian berupa pengamatan, penugasan, unjuk kerja, pencatatan anekdot, percakapan/dialog, laporan orang tua, dan dokumentasi hasil karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak, sedang lingkup penilaian mencakup seluruh tingkat pencapaian perkembangan peserta didik beserta data status kesehatan, pengasuhan, dan pendidikan. Sistematis penilaian dilakukan setiap hari dengan memilih satu jenis atau lebih dari format penilaian, setiap akhir tema, sebaiknya di buat penilaian kemampuan dasar anak selama 1 periode tema.
D. PENERAPAN
KEGIATAN SENTRA DENGAN SISTEM MOVING
CLASS
Pada setiap Sentra, untuk setiap anak dikembangkan
berbagai aspek perkembangan, yaitu Nilai-nilai Agama,
Moral,
Kognisi, Afeksi, Bahasa, Sosial emosional, seni dan
Psikomotor. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam
sistem pembelajaran dengan model sentra :
- Guru sentra berbeda dengan guru kelas.
- Guru sentra membuat kegiatan untuk semua kelompok kelas dengan membedakan tingkat kesulitannya.
- Untuk mempermudah gunakan sistem moving class / anak berpindah Kelas.
Mengingat
banyaknya Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang harus disusun oleh guru PAUD dalam
setiap kegiatan belajar, sistem kegiatan belajar dengan SENTRA berbentuk moving class, dirasa cukup efektif dan
efisien bagi pelaksaan PAUD. Karena dari 1 (satu)
RKH yang di susun oleh guru 1 sentra dapat di gunakan di setiap kegiatan
pembelajarannya pada kelas berbeda namun guru harus menyesuaikan Tingkat
Perkembangan Anak sesuai dengan Permendiknas No. 58 Tahun 2009.
Namun
praktek moving class, yang
secara teori terkesan simpel, kadang
tidak sesimpel pelaksaannya. Apalagi jika guru di satuan PAUD belum faham dan
mengerti dengan benar apa kerangka rencana pembelajaran berdasarkan
pengembangan tingkat perkembangan anak dalam masing-masing sentra. Untuk
mewujudkannya, di perlukan niat hati yang sungguh-sungguh serta kekompakan dan
komitmen kerja yang di tinggi.
Moving class,
dapat dilaksanakan secara fleksibel, sesuai dengan kemampuan dan karakteristik
lingkungan dan fasilitas sekolah. Bisa guru sentranya yang berpindah kelas (dengan
sistem buka tutup sentra) atau muridnya yang berpindah kelas (apabila kemampuan
fasilitas sekolah memadai dengan setting ruangan khusus untuk setiap sentra).
Contoh
moving class dengan guru sentra yang
berpindah kelas, di satuan lembaga PAUD memiliki 3 kelas dengan kategori usia
berbeda. Dengan guru sejumlah 3 orang, dapat bertanggung jawab selaku walikelas
dan juga guru sentra, sehingga dalam 1 hari dapat membuka 3 sentra berbeda. Jadi
Guru A,
yang merupakan walikelas
A1, membuka sentra persiapan di kelas B1. Guru
B, yang merupakan walikelas B1,
membuka sentra seni dan kreatifitas di kelas B2. Sedang Guru C yang merupakan walikelas B2, membuka sentra
bahan alam di kelas
A1. Hari berikutnya di lakukan Moving
Kelas, masing- masing guru kembali membuka kegiatan sentra yang kemarin
dengan murid yang berbeda. Guru A mengajar di B2, Guru
B mengajar di A1 dan Guru C mengajar di kelas B1. Hari selanjutnya,
masing-masing guru mengajar di kelasnya masing-masing, Guru A mengajar di kelas A1, Guru B mengajar di kelas B1 dan Guru C mengajar
di kelas B2. Demikian seterusnya, sehingga dalam 1 hari, sekolah
dapat membuka atau melaksanakan 3 sentra berbeda pada masing-masing kelas.
Dengan
berbekal 1 RKH, dan format penilaian yang sama untuk 1 sentra, maka setiap guru
dalam Satuan PAUD tersebut dapat mencapai tujuan PAUD, sehingga apabila dalam 1
minggu satuan PAUD tersebut merencanakan pelaksanaan 3-6 sentra, hal tersebut
dapat di wujudkan secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, secara administrasi RKH dan hasil penilaian dari
masing-masing guru sentra di kumpulkan berdasarkan kelas masing-masing dan di
kelola oleh masing-masing walikelas sehingga secara sistematis Guru dengan peran
sebagai walikelas dapat bertanggung
jawab terhadap laporan kemampuan murid (terutama raport) kepada orangtua murid.
Dengan demikian. laporan kemajuan perkembangan murid dapat di ketahui oleh
orangtua wali murid secara berkesinambungan, sistematis dan lebih objektif.
Namun
pelaksanan sentra dapat diatur lebih flexible lagi, apabila tidak di
mungkinkan, sistem sentra dapat di laksanakan tanpa moving class. Dengan
demikian guru berperan ganda, sebagai guru sentra juga sebagai guru kelas, tiap
sentra dimainkan dengan sistem buka tutup pada tiap masing-masing kelas.
BAB
IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Metode
Sentra dan lingkaran dalam kegiatan PAUD merupakan metode yang efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan PAUD untuk mengembangkan anak usia dini pada
tahap perkembangan yang sesuai dengan usianya dan multiple intelengence dapat lebih di optimalkan lagi pencapaiannya.
Melalui perencanaan yang sistematis di mulai dari rencana tahunan, rencana
semester, rencana mingguan sampai rencana harian, di harapkan para pendidik
PAUD dapat profesional dalam mengemban tugasnya.
B. REKOMENDASI
Tulisan
ini bertujuan untuk membagi pengetahuan dan membuka pintu diskusi bagi sesame
praktisi di dunia PAUD, karenanya apabila terdapat hal yang dirasa kurang atau
salah, dapat kiranya di lakukan diskusi dengan penulis demi perbaikan mutu PAUD
di Tarakan di masa selanjutnya.